Belakangan ini, pertanyaan yang sering banget mampir ke saya adalah, “Mas Rizal, Amartha aman nggak sih?”
Wajar banget sih kalau kamu was-was. Dengar kata “pinjaman” apalagi yang embel-embelnya online, kita pasti langsung kepikiran sama pinjol ilegal yang nagihnya kayak preman pasar. 😅 Pengalaman buruk beberapa orang bikin kita jadi ekstra hati-hati, dan itu bagus.
Tapi, soal Amartha ini, ceritanya sedikit (atau mungkin banyak) berbeda.
Jujur ya, saya pribadi belum pernah meminjam langsung di Amartha. Kenapa? Sederhana, karena saya bukan target pasar mereka sama sekali. Tapi karena banyak yang tanya, saya jadi penasaran dan akhirnya saya oprek lebih dalam data-datanya, terutama soal keamanan dan cara kerjanya.
Hasilnya cukup menarik. Ternyata Amartha ini nggak sama kayak pinjol instan yang biasa kita dengar di berita miring itu.
Amartha Aman atau Tidak? Ini Jawaban Legalnya
Oke, kita langsung ke pertanyaan utamanya: Amartha aman atau tidak?
Jawaban singkat saya: Iya, secara legalitas Amartha itu 100% aman.
Ini bukan asumsi atau “katanya”. Saya cek langsung di database Otoritas Jasa Keuangan (OJK). PT Amartha Mikro Fintek (itu nama perusahaan resminya) statusnya sudah Berizin dan diawasi penuh oleh OJK.
Mereka nggak cuma “Terdaftar”, tapi sudah “Berizin”. Ini level tertinggi.
Nomor izinnya KEP-46/D.05/2019. Kamu bisa cek sendiri kalau mau.
Artinya apa? Semua operasional mereka, mulai dari transparansi bunga, cara melindungi data pribadi kamu, sampai etika penagihan, itu semuanya wajib patuh sama aturan main OJK. Mereka nggak bisa seenaknya sebar data atau meneror kontak kamu. Kalau mereka melanggar, izinnya bisa dicabut.
Jadi, kalau kamu cari pinjaman yang legal dan diawasi, Amartha jelas memenuhi kriteria utama ini.
5 Fakta Penting Amartha yang Sering Salah Paham
Nah, walau Amartha aman secara legal, banyak yang masih salah paham soal cara kerjanya. Ini yang bikin orang bingung. “Kok saya apply ditolak?” atau “Kok prosesnya lama?”
Biar jelas, saya rangkum 5 fakta penting soal Amartha berdasarkan temuan saya.
1. Amartha Bukan Pinjol Konsumtif (Ini Buat Usaha!)
Ini fakta nomor satu yang wajib kamu tahu. Amartha BUKAN pinjol buat lifestyle, beli gadget baru, atau bayar tagihan mendesak.
Amartha adalah perusahaan fintech P2P (Peer-to-Peer) Lending yang fokusnya murni di pembiayaan mikro produktif. Sederhananya, mereka menghubungkan orang yang mau kasih modal (lender) dengan orang yang butuh modal (borrower).
Target mereka sangat spesifik: para perempuan pengusaha mikro di wilayah pedesaan yang unbanked (alias yang belum punya akses gampang ke bank konvensional). Jadi, uangnya murni buat modal usaha, bukan buat kebutuhan sehari-hari.
2. Sistemnya Unik: Pakai “Majelis” atau Kelompok
Ini bagian paling beda. Kamu nggak bisa pinjam di Amartha sendirian, lewat aplikasi, lalu 5 menit cair. Nggak bisa.
Amartha menggunakan model yang mereka sebut Group Lending atau “Majelis”.
- Calon peminjam (wajib perempuan) harus membentuk kelompok dulu.
- Satu kelompok biasanya terdiri dari 15-20 orang yang tinggal di wilayah berdekatan (satu desa atau RT/RW).
- Jadi, prosesnya offline dan komunal, bukan individual dan online.
3. Ada Pendampingan Lapangan (Nggak Cuma Transfer)
Karena sistemnya kelompok, Amartha punya Petugas Lapangan (mereka sebut Field Officer atau Business Partner).
Petugas inilah yang akan datang ke lokasi kamu untuk:
- Melakukan survei kelayakan usaha.
- Memberi pelatihan wajib (soal keuangan dasar, disiplin, dll).
- Mendampingi kelompok secara rutin.
Ini yang saya suka. Mereka nggak cuma “lempar uang” lalu tagih. Ada unsur pendampingan usahanya juga, yang mana ini penting banget buat pengusaha mikro.
4. Konsep “Tanggung Renteng” (Ini Wajib Paham)
Nah, ini kuncinya. Sistem kelompok ini menggunakan skema “Tanggung Renteng” atau joint liability.
Artinya apa? Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab secara bersama-sama atas pinjaman semua anggota. Kalau (amit-amit) ada satu anggota yang macet bayar cicilan, anggota lain dalam kelompok itu harus ikut nombokin atau menanggungnya.
Sistem ini sebetulnya diadopsi dari model Grameen Bank di Bangladesh. Tujuannya bagus, yaitu membangun kedisiplinan, gotong royong, dan saling mengawasi. Tapi ini juga jadi manajemen risiko buat Amartha.
5. Syarat dan Limitnya Sangat Spesifik
Dari empat poin di atas, kelihatan ya kalau syaratnya sangat spesifik:
- Perempuan, punya usaha mikro atau mau buka usaha.
- Tinggal di wilayah layanan Amartha (setahu saya saat ini masih fokus di banyak kabupaten di Pulau Jawa, seperti Jabar, Banten, Jateng, Jatim, dan DIY, walau mungkin sudah ekspansi).
- Wajib membentuk kelompok (15-20 orang).
- Bersedia ikut pelatihan dan pertemuan mingguan.
Untuk limit pinjaman, dari info yang saya dapat, plafon awalnya mulai dari Rp 3.000.000. Cicilannya pun unik, dibayarnya mingguan saat pertemuan kelompok, bukan bulanan kayak KTA bank.
Pengalaman Saya Menganalisis Plus-Minusnya
Oke, setelah tahu cara kerjanya, saya coba simpulkan plus-minusnya dari sudut pandang saya sebagai pengamat fintech.
Kelebihan (Plus):
- Legalitas OJK Jelas: Ini nggak bisa ditawar. Aman dari teror pinjol ilegal, data kamu terlindungi aturan OJK.
- Sangat Inklusif: Ini nilai plus terbesar. Amartha menjangkau ibu-ibu di desa yang mungkin kalau ke bank bakal langsung ditolak karena nggak punya slip gaji, NPWP, atau agunan (jaminan).
- Ada Pendampingan Usaha: Adanya petugas lapangan dan pelatihan literasi keuangan itu nilai tambah yang mahal. Peminjam nggak cuma dapat uang, tapi juga ilmu.
- Membangun Komunitas: Sistem majelis bisa membangun gotong royong dan kedisiplinan menabung/membayar cicilan.
Kekurangan (Minus):
- Prosesnya Ribet (Tidak Instan): Kalau kamu butuh dana darurat cair malam ini juga, Amartha 100% bukan jawabannya. Prosesnya butuh survei, bentuk kelompok, dan pelatihan yang makan waktu.
- Segmen Sangat Terbatas: Ya ini jelas. Hanya untuk perempuan, di area layanan mereka, dan harus berkelompok. Kalau kamu laki-laki atau tinggal di kota besar dan butuh pinjaman individu, kamu nggak masuk.
- Bunga: Nah, soal bunga. Sebagai P2P Produktif, bunga Amartha pasti diatur OJK (setahu saya batas maksimal terbaru P2P Produktif sekitar 0.1% per hari). Ini mungkin akan terasa lebih tinggi dibanding KUR bank, tapi jelas jauh lebih rendah dibanding pinjol ilegal. Kamu harus hitung cermat apakah margin usaha kamu bisa menutupi cicilan mingguan + bunganya.
- Risiko Tanggung Renteng: Ini, menurut saya, pedang bermata dua. Kalau dapat kelompok yang solid dan jujur, aman. Tapi kalau kamu sial dapat kelompok yang anggotanya nggak disiplin, kamu bisa ikut repot menanggung cicilan orang lain.
Kesimpulan Saya: Amartha Aman, Tapi…
Jadi, kembali ke pertanyaan awal, Amartha aman atau tidak?
Jawabannya tetap sama: Iya, Amartha aman secara legalitas karena sudah berizin penuh dan diawasi OJK.
Tapi… pertanyaan lanjutannya adalah, apakah Amartha cocok buat kamu?
Amartha dirancang sangat spesifik untuk perempuan pengusaha mikro di pedesaan yang butuh modal usaha produktif dan siap berkomitmen dalam sistem kelompok (majelis) serta pendampingan rutin.
Kalau kamu (atau mungkin ibumu, tantemu, atau istrimu) masuk dalam kriteria di atas dan butuh akses modal yang legal dan nggak ribet urusan agunan bank, Amartha bisa jadi salah satu opsi yang sangat patut dipertimbangkan.
Tapi kalau kamu butuh dana darurat instan, cair cepat, untuk kebutuhan konsumtif, atau kamu nggak suka sistem kelompok yang ribet, ini 100% bukan tempatnya. 🙂
Semoga ulasan jujur saya ini membantu ya.
Sekian dari saya dan terima kasih.
